aDidiagnosis menderita kanker ovarium, jurnalis berkemauan keras Sheng Nan (“Surpass Men” dalam bahasa China) ditekan untuk menghasilkan banyak uang dan menemukan seks yang luar biasa sebelum operasi yang mahal mematikan akal sehatnya. Mengambil pekerjaan menulis biografi pengusaha, dia mendaki ke pegunungan berkabut, di mana rangkaian ledakan dengan keluarganya yang disfungsional, klien pemarah, rekan kerja misoginis, dan minat romantis yang seperti mimpi terungkap dengan meriah. Sangat mengharukan sekaligus jenaka, debut penulis-sutradara Teng Congcong melenggang melintasi kepahitan yang ditelan oleh generasi perempuannya yang lahir di bawah Kebijakan Satu Anak Tiongkok, yang belum pernah terjadi sebelumnya dibebani untuk “melampaui laki-laki” sambil berusaha untuk tidak menjadi “perempuan sisa” di waktu yang sama. Menghormati karya klasik sastra Tiongkok abad ke-18, Dream of the Red Chamber dalam judulnya, permata yang mempesona ini menyegarkan kontemplasi transenden novel tentang hasrat, kematian, dan kewanitaan dari perspektif sinematik modern.
